• Black
  • perak
  • Green
  • Blue
  • merah
  • Orange
  • Violet
  • Golden
  • Nombre de visites :
  • 104
  • 24/3/2017
  • Date :

Imam Khomeini, Bapak Revolusi Islam

Ayatullah al-Uzma Sayyed Ruhullah al-Musawi al-Khomeini lebih dikenal dengan Imam Khomeini, berasal dari keluarga religius yang tinggal di India, di daerah kecil Kintur, 40 mil arah timur laut Lucknow yang dulunya bekas kerajaan Awazd.

imam khomeini, bapak revolusi islam

Imam Khomeinl adalah keturunan keluarga Sayyed yang merujuk ke pada Imam Musa al-Kazhim as. (Imam ke-7 dari 12 Imam Syi’ah) mulai bermukim di sana pada sekitar awal abad ke-18. Di wilayah tersebut mereka diakui sebagai ulama-ulama yang membimbing rakyat.

Dari pihak ayah, datuknya, Sayyed Din Ali Syah, kakeknya, Sayyed Ahmad Hindi, dan ayahnya, Ayatullah Sayyed Mustafa al-Musawi al-Khomeini, dikenal sebagai tokoh ulama yang sangat disegani pada masanya. Begitu juga dari pihak ibunya yang bernama Hajar Agha Khanom, Ayatullah Aqa Mirza Ahmad Khawansari, juga ulama besar yang dihormati.

Kakeknya, Sayyed Din ‘Ali Syah, seorang cendekiawan muslim yang berasal dari Nishapur, Iran timur laut, kemudian bermigrasi keKashmir dan menetap di sana. Anaknya, Sayyed Ahmad Hindi, pada pertengahan abad ke 19 mengembara ke Karbala dan Najaf (dua kota suci umat Islam Syi’ah di lrak) guna memperdalam ilmu agama yang telah diwarisi dari ayahnya. Sayyed Ahmad atas undangan temannya, Yusuf Khan, kemudian mengunjungi kota Khu-mayn. Yusuf Khan, meminta bantuan Sayyed Ahmad untuk memenuhi kebutuhan keagamaan masyarakatnya. Sayyed Ahmad memenuhi permintaan itu, dan kemudian menikah dengan adik Yusuf Khan, yang bernama Sukainah Khanum.

Sayyed Ahmad memperoleh empat orang anak (seorang laki-laki dan tiga perempuan). Pada saat anak laki-lakinya, Sayyed Mustafa al-Musawi (ayah Imam Khomeini), berumur 8 tahun, Sayyed Ahmad, berpulang ke rahmatullah. Sayyed Mustafa al-Musawi mengikuti kelaziman pola belajar pendahuluan di kota kelahirannya, kemudian beranjak ke tingkatan yang lebih tinggi di Isfahan. Gurunya yang terutama adalah Mir. Muhammad Taqi Mudarris, ayah Sayyid Hasan Mudarris. Kemudian Sayyed Mustafa meningkatkan pelajaran agamanya dengan berangkat ke lrak. Dalam memperdalam pengetahuan agama ini juga dengan bimbingan Ayatullah Aqa Mirza Ahmad Khawansari. Kemudian Sayyed Mustafa menikahi putri gurunya, Mirza Ahmad, yang bernama Hajar Agha Kklanom. Kemudian bersama istri .dan bayi perempuannya (Iahir 1887) berangkat ke Najaf. Di sana ia belajar hingga menjadi mujtahid. la ulama istimewa, sebagaimana. terlihat pada gelarnya yang terkenal ‘Fakhr al-Mujtahiduum’ (Kebanggaan Mujtahid).

Tidak diketahui persis kapan la kembali ke Khumayn, tapi jelas ia berada di sana tahun 1894. Sebagai ulama,ia segera menjadi tokoh populer dan berpengaruh yang dikenal hingga ke luar Khumayn. Sebagai tradisi keluarganya, ia berusaha sebisa mungkin seperti ayahnya, melindungi orang-orang tak berdaya dari kezaliman dan tekanan kaum feodal dan bajingan lokal. Pada masa pemerintahan dinasti Qajar yang zalim itu, ketika hidup, kehormatan dan hak milik rakyat berada di bawah belas kasihan golongan yang berkuasa, Sayyed Mustafa dengan beraninya melawan para khan (penguasa) setempat yang buas dan para penjahat feodal yang memangsa rakyat tak berdaya dan lemah.

Pada tahun 1903, ayah Imam Khomeini meninggal dunia pada usia 42 tahun, dibunuh oleh agen-agen rezim Dinasti Qajar yang bernama Ja’far Quli Khan dan Ridha Quli Sultan. Ketika sedang berkuda ke Arak untuk menemui gubernur provinsi, guna melaporkan keadaan Khomayn yang tidak aman. Semua ulama di Teheran, Arak, Isfahan, Golpaygan, dari Khumayn, mengadakan upacara untuk mengenang kematiannya. Oi Khumayn rakyat marah besar terhadap kejahatan itu dan mereka menyerang serta membakar rumah para pembunuh.

Sayyed Mustafa al-Musawi meninggalkan tiga putra, yang pertama Sayyed Murtadha (Iebih dikenal sebagai Ayatullah Pasandideh), kedua bernama Sayyid Nur AI-Din, kngketiga adalahRuhuliah (Ayatullah al-Uzma Sayyed Ruhullah al-Musawi aI-Khomeini).

Masa Anak-Anak dan Pendidikan Awal

Ayatullah al-Uzma Sayyed Ruhullah al-Musawi al-Khomeini dilahirkan di kota Khumayn, dekat Isfahan, sekitar 300 Km selatan Teheran, pada tanggal 24 September 1902 (20 jamadi-al-Thani 1320 H) bertepatan dengar) hari lahirnya putfitercinta Rasulullah Sayyidah Fatimah az-Zahra ash, istri terkasih Imam ‘Ali bin Abi Thalib as. (Imam pertama penganut Syi’ah) dengan nama Ruhullah. Nama Khomeini diambildari tempat lahirnya. Imam Khomeini baru berusia em pat bulan ketika ayahnya syahid

Setelah ayahnya meninggal; Imam Khomeini berada di bawah asuhan ibunya; Hajar A. Khanom (yang juga seorang guru madrasah di Najaf dan Karbala) dan bibinya, Sahiba Khanom (Shahaba Khanun). Atas saran dari Aqa Sayyed Muhammad Kamreh’i (menantu Sayyed Mustafa), memutuskan kembali ke kota Khumayn. Masa kecil banyak waktunya diisi dengan bermain, ia bermain terus-menerus sepanjang hari di tempat-tempat terbuka Khumayn, dan pulang ke rumah ketika sudah larut malam dengan pakaian yang kotor dan sobek-sobek.

Khomeini kecil memulai pendidikannya dari pelajaran membaca dan menulis dari Mirza Mahmud (guru yang datang ke rumah). Kemudian memasuki Maktab Khaneh (sekolah tradisional untuk anak-anak) yang dimiliki Akhund Mulla Abu al-Qasim, yang tidak jauh dari rumahnya. Usia 7 tahun dia mulai belajar bahasa Arab di bawah bimbingan saudara sepupunya. Sheikh Ja’far, dan seorang guru yang bernama Mirza Mahmud. Kemudian Imam Khomeini mempelajari Jami’ Muqaddimat (buku teks tentang logika dan tata bahasa Arab) dibawah bimbingan pamannya. Haji Mirza Muhammad Mahdi dan mantiq pada ipar laki-lakinya Haji Mirza Ridha Najafi.

Pada usia lima belas tahun, ia telah menyelesaikan studi Persianya. Kakaknya. Ayatullah Pasandideh sangat berperan dalam kehidupan Ruhullah Khomeini. Dalam memperdalam ilmu logika dan sintaksis (ilmu Nahu/kalimat) bahasa Arab Ruhullah Khomeini dibimbing kakaknya dan kakak iparnya, Haji Mirza Ridha Najaff. Ayatullah Pasandideh juga mengajarkan kaligrafi (Khatt-e nasta’lie ).

Ketika berusia enam belas tahun, Imam Khomeini di timpa duka dengan ditinggal ibunya menghadap Allah Swt. Selang beberapa waktu menyusul bibinya yang sangat dicintai. Mulai sejak itu, ia berada di bawah asuhan Ayatullah Pasandideh.

Ketika berusia 17 tahun, diputuskan untuk mengirimnya ke tempat-tempat belajar yang lebih tinggi. Awalnya diputuskan untuk mengirim Imam Khomeini ke Isfahan, mengikuti jejak ayahnya, tapi pada akhirnya saat usia 19 tahun ia dikirim ke Arak, kota yang tidak terlalu jauh. Mulailah hubungan hidup Imam Khomeini dengan lembaga-lembaga keagamaan. Dia belajar mantiq pada Syaikh Muhammad Gulpaigani dan pelajaran Syarh-e Lum’ah pada Aqa ‘Abbas Araki.

Guru dan Pembimbing

Setelah beberapa waktu menimba ilmu di Arak, Imam Khomeini meninggalkan Arak menuju Qum, empat bulan setelah Syaikh ‘Abdul Karim Ha’iri (murid dari Mirza Hasan Syirazi di Irak) berpindah tugas mengajar dari Arak ke Qum. Oi Qum Imam Khomeini tinggal di madrasah Dar AI-Syifa dan memaksa dirinya untuk belajar tekun. Tahun 1962 ia menyelesaikan tingkatan kurikulum yang dikenal sebagai sath. Kemudian mulailah satu dasawarsa studi langsung di bawah Ha’ri sendiri. la mempelajari inti kurikulum itu, fikih dan ushul, penguasaan ilmu ini mutlak untuk karir seorang ‘alim.

Imam Khomeini telah ditakdirkan untuk menjadi seorang ‘alim yang lebih dari sejumlah besar ‘alim lainnya, la dengan cepat menjadi ahli fikih dan ushul. Selama tahun-tahun pertama di Qum, Imam Khomeini telah memulai studi mendalam dan penggalian aktif bidang hikmah (filsafat) dan ‘irfan (tasawuf), yaitu studi yang berhubungan dengan penyerapan kebenaran tertinggi secara rasional dan gnostik (ma’rifat) yang telah lama berkembang di kalangan Syi’ah Islam. Pembimbing pertamanya Mirza ‘Ali Akbar Yazdi (murid Hadi Sabzawari, pengarang termashur buku Syarh-i Manzuma). Pembimbing masa lainnya adalah Mirza Aqa Javad Maliki Tabrizi. Imam Khomeini juga belajar dari Sayyed Abdul Hasan Rafi’i Qazwini. Guru utamanya dalam gnosis dan tasawuf adalah Ayatullah Muhammad ‘Ali Syahbadi, yang disebutnya sebagai “guru kita dalam teosofi”. Untuk ‘irfan Imam Khomeini belajar dengan Syahabadi setiap Kamis, Jum’at, dan hari-hari libur lainnya.

Guru-guru lain yang membimbing Imam Khomeini diantaranya yaitu:

1. Ayatullah Aqa Mirza Muhammad Ali Adib Tehrani (1884-1949).

2. Ayatullah Aqa Mirza Sayyed ‘Ali Yatsrib Kasyani (1311-1379).

3. Ayatullah Haji Sayyed Muhammad Taqi Khawansari (1887-1951).

4. Ayatullah Haji Aqa Husain Burujerdi (1875-1960).

5. Ayatullah Haji Mirza Jawab Maliki Tabrizi (-1924).

6. Ayatullah Aqa Mirza ‘AIi Akbar Hakami Yazdi. (-1925).

7. Ayatullah Haji Sayyed Abu ai-Hasan Rafi’j Qazwini ( 1897-1976).

8. Ayatullah Haji Syaikh Muhammad Ridha Najafi Ishfahani (1870- 1943).

9. Ayatullah Sayyed Abu al-Qasim Dehkurdi Ishfahani (1855-1934).

10. Ayatullah Haji Syaikh ‘Abbas Qummi (1877-1940). .

Sebagaimana dapat dilihat dari daftar guru di atas, minat dan pendidikan Imam Khomeini dalam ilmu-ilmu Islam sangatlah luas. la menerima pendidikan istimewa tidak hanya dalam fikih, ushul, had is, dan AI-Quran tapi juga dalam ilmu akhlak, filsafat dan ‘irfan. Juga ia punya minat sepanjang hidupnya pada khazanah Persia, terutama puisi. Pengetahuan sejaran Islam dan pemikiran politik umumnya nampak pada tulisan dan pidato-pidatonya.

Karir Mengajar

Pada usia 27 tahun, Imam Khomeini memulai karir mengajarnya. Pertama kali ia memberikan pelajaran dalam Hikmah. Setelah berjalan beberapa waktu, kemudian ia membuka kelas-kelas privat dalam ‘irfan, secara sembunyi-sembunyi, yang hanya terbuka untuk sedikit orang yang terpilih dari para pelajar di Qum, dangan materi pelajaran pasal nafs (jiwa) dalam karya Mulla Sadra, (Asfar AI-Arba’ah dan Syarh-i Manzuma) hingga tahun 1940-an. Di sinilah Imam Khomeini melatih dan memberikan inspirasi kepada teman-teman dekatnya, termasuk syahid Muthahhari dan Ayatullah Hasan ‘Ali Montazeri.

Imam Khomeini, mengajarkan ilmu akhlak (mulanya sekali seminggu, kemudian menjadi dua kali seminggu) pada hari Kamis dan Jum’at sore. Awalnya di Madrasah Faidhiyah dan kemudian, saat rezim Reza Khan membuat kesulitan, ia memindahkan tempat belajar ke pinggiran kota, tempat belajarnya dipindahkan kembali ke Madrasah Fidhiya.

Kuliah-kuliah Imam Khomeini dalam bidang fikih diadakan pada setiap hari di masjid dekatmakam Hadhrat Ma’shumah. Kuliah-kuliah ushul diadakan siangdi Madrasah Faidhiyah dan kemudian pindah ke Masjid Salmasi. Menurut banyak muridnya, pelajarannya yang tingkat dars-ekhaarij dianggap hanya setingkat di bawah Ayatullah Burujerdi dan kedua dalam kaitannya dengan jumlah ulama dan murid yang hadir.

Imam Khomeini seorang pemiklr orisinal dan mandiri sebagai filosof, sufi, fakih dan teoritikus politik. Sepanjang karier mengajarnya ia berusaha melatih murid-muridnya untuk berfikir mandiri dan berkembang sebagai peneliti sejati. Saat mengajar di tingkat dars-e khaarij dalam ilmu fikih Dan ushul, ia kecewa bila tak ada pertanyaan atau keberatan yang diajukan. la mendorong murid-muridnya untuk memandang setiap pendapat secara kritis! tak perduli seberapa tinggi otoritas yang mengajukan pendapat itu. Dalam kuliahnya, sementara ia menyebut para ahli fikih dengan rasa hormat dan respek, ia menguji pandangan mereka satu demi satu dengan kritik tajam dan kemudian menyatakan pendapatnya yang didukung dengan argumen-argumen yang kuat dan matang. Penghormatan kepada guru-guru besar sebelumnya tidak mesti menjadi halangan untuk kritik tanpa segan-segan; sikap sopan yang hati-hati terhadap para penulisnya dan sikap kritis yang tajam terhadap panda.ngan mereka berjalan beriringan. Tak ada cerita bagi peniruan mentah-mentah atas suatu otoritas.

Karya Ilmiah

Imam Khomeini menulis buku Iebih dari tiga puluh judut, tentang berbagai masalah yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam tulisan ini. Semua karya Imam boleh dikatakan tak ada bandingannya dalam segi masing-masing.

Buku monumental Kasyf al-Asraar yang ditulis 1941 merupakan penolakan terhadap selebaran anti-Islam yang muncul beberapa tahun sebelumnya. Imam Khomeini, menurut pernyataannya sendiri, sebagaimana dikutip Akhmad Khomeini, menghentikan pelajaran dars-e-khaarij selama dua bulan untuk menulis buku ini, segera setelah Reza Khan dipaksa turun tahta. Hal ini dirancang untuk membantah tulisan anti-Islam periode Reza khan dan ditulis selama ketenangan singkat dan melonggarnya tekanan Pahlevi menyusul terdepaknya sang diktator. Itu merupakan pernyataan politik Imam Khomeini yang pertama dan berisi catatan peringatan di mana sang Imam memperkirakan tahun-tahun gelap yang panjangdari pemerintahan Reza Pahlevi.

Di bidang fikih dan ushul. ia menulis kaidah-kaidah hukum dalam bentuk haasyiyah tantang ‘urwat al-Wustaqaa karya Sayyed Kazhim Yazdi yang mendapat status klasik modern dalam fikih Syi’ah.

Kitab al-Thahaarah; tiga jilid. terdiri dari kuliah hukum Islam yang ia sampaikan di Qum. Kuliah ushulnya di Qum di susun dalam bentuk Tahdziib al-Ushuul oleh Ayatullah Ja’far Subhani. Tahriir al-Wasiilah. karya fikih yang komprehensif, mencakup wasiilat al-Naajat karya Ayatullah Abu al-Hasan Ishfahani. buku yang telah ditambah oleh Imam Khomeini tentang masalah-masalah dan isu mendesak dan di dalam termasuk teks asli. Ini mulai ditulis selama massa pengasingannya di Turki dan diselesaikan di Najaf.

Kitab ai-Bay’, lima jilid. mencakup kuliah-kuliah fikihnya selama ia menetap lima belas tahun di Najaf.

Wilaayat al-Faqih atau Hukuumat-e Islaami menempati posisi unik di antara karya-karya Imam Khomeini. Quddisa sirruh. yang menghadirkan terencana konkret bagi kemunculan pemerintahan Islam dari pusat tradisi Syi’ah. Buku ini terdiri dari sebagian kuliah fikih Imam Khomeini yang biasa ia sampaikan di Masjid Syaikh Anshari di Najaf. Seluruh seri kuliah disusun dalam bentuk Kitab al-Bay’.

Kegiatan Politik

Kesyahidan ayahnya, Sayyed Mustafa melawan para tuan tanah adalah kesan awal yang mendalam tergores padadiri Imam Khomeini. Dengan kondisi yang demikian membentuk pribadinya pada suatu sikap perjuangan yang berdisiplin serta keseriusan yang sangat.

Sementara pemerintahan penindas rezim Reza Khan, dimana orang takut bersuara, Imam Khomeini menulis buku berjudul Kasyful Asrar (Mengungkap Rahasia). Dengan gaya tulisan yang tegas dan tidak mengenal kompromi, mengutuk keras rezim Reza Khan yang secara terang-terangan menggantungkan diri dan menyerah pada kekuatan asing.

A. Masa Ayatullah Borujerdi

Pada waktu Ayatullah Borujerdi menjadi ulama besar di Qum, Imam Khomeini menduduki tempat yang menonjol. Sepanjang masa ini ia berusaha untuk menyimpulkan satu realisme politik serta membaiat kepada Ayatullah Borujerdi. la membangun banyak pengikut di kalangan ulama-ulama muda di Qum dan tempat-tempat lain, yang kemudian merupakan bagian kekuatan pengarah Revolusi Islam.

Kemunculan Imam Khomeini secara menonjol mulai dari tahun sesudah tumbangnya Mossdegh. Tahun 1963 Syah meresmikan ‘Revolusi Putih’ (karena diresmikan di gedung Putih, Amerika). Sebenarnya tidak patut disebut ‘Revolusi Putih’ karena selalu menumpahkan darah rakyat.

Slogan land reform Iran adalah satu penyamaran untuk penghancuran ekonomi agraris dalam saru cara yang direncanakan untuk menjamin keuntungan maksimum bagi keluarga raja, satu obligasi yang terikat kepada kepentingan agribisnis keluarga raja dan orang-orang asing, termasuk perusahaan-perusahaan penting yang berpusat di Amerika, Eropa dan istimewa Israel.

B. Suara Hak-hak Wanita

Sehubungan dengan hak-hak kaum wanita, tindakan itu direncanakan lebih banyak untuk kepentingan konsumsi luar negeri daripada untuk tujuan domestik, karena penasehat-penasehat luar negeri Syah menyadari akan prasangka Barat yang sudah menjadi tradisi berkenaan dengan sikap Islam terhadap kaum wan ita dan cara ini merupakan jalan yang paling ampuh untuk membuat Syah menjadi kelihatan maju dan berjasa. yang bertindak untuk kepentingan Muslim Iran yang tertindas.

Dalam deklarasi-deklarasi Imam Khomeini yang dinyatakannya pada mulai bulan Maret 1963, dalam usahanya melawan Syah dan dalam usaha Syah untuk menipu pendapat umum di Iran dengan yang dinamakan Revolusi Putih. Adalah mencolok bahwa sampai pada saat menjelang Revolusi Islam, Pers Amerika dan Inggris menyebut tentang yang mereka namakan kaum Muslim konservatif, reaksioner dan fanatik di Iran yang berjuang melawan Syah karena mereka menentang land reform dan keinginan mereka untuk mengambil kembali yang mereka istilahkan dengan cara aneh sebagai ‘tanah gereja’ dan karena mereka menghendaki semua wan ita ditutup kapan dari kepala sampai kaki lagi. Sungguh ganjil sama sekali. Tidak berdasar baik bagi zaman Revolusi. maupun dalam masa lima belas tahun sebelumnya.

C. Hak Istimewa Amerika Serikat dan Israel

Dalam deklarasi-deklarasi Imam Khomeini pada tahun 1963, ia memusatkan perhatian pada berbagai tema lain. Pertama ia menentang pelanggaran Syah yang terus menerus terhadap Undang-undang Dasar dan terhadap sumpah yang diikrarkan ketika naik tahta, bahwa ia akan memelihara dan melindungi Islam; kedua, ia menyerang tunduknya Syah pada kekuatan-kekuatan asing, terutama Amerika dan Israel.

Pernyataan Imam Khomeini adalah :

“Kami telah sampai pada kesimpulan bahwa mereka menentang Islam dan kepemimpinan agama. Israel hendak mendeskriditkan kitab suci kami dan menghapus kepemimpinan agama. Israel hendak mengeratkan cengkramannya atas ekonomi kita. perdagangan don pertanian kita.”

Pada kesempatan lain beliau juga mengatakan ;

“Mereka menamakan kita reaksioner. suratkabar-suratkabar asing tertentu di suap dengan borosnya untukmehgatakan bahwa komi menentang segala perbaikan don berusaha membawa lran kembali ke zaman abad-abad pertengahan. Kaum ruhaniawan menentang penindasan dan penderitaan rakyat di sini. Kami menghendaki mereka memelihara kemerdekaan negara. Kami tidak menghendaki mereka menjadi pelayan-pelayan hina bagi orang lain.

Kami tidak menentang peradaban, tidak pula Islam menentangnya. Anda telah melanggar hukum-hukun manusiawi maupun Ilahi, Program-program radio dan televisi merusak saraf, pers meracuni pikiran pemuda, Anda di sini mempunyai penasehat militer dari Israel. Kami menentang semua ini, Kami tidak menentang kemerdekaan bagi kamu wanita, tetapi kami tidak menghendaki wanita dijadikan boneka untuk kepentingan pria, Sistem pendidikan Anda adalah untuk melayani kepentingan orang asing.”

Imam Khomeini dengan sifat khas yang tidak mengenal kompromi dengan kebatilan, mematahkan aturan itu dalam tahun 1963, dan menunjukkan hubungan yang sangat erat antara Israel dan rezim Pahlevi, dalam segi militer, politik intelejen serta ekonomi.

D. Serangan ke Qum

Setelah pembicaraan Imam Khomeini di sekolahnya di Qum dalam bulan Maret 1963, terjadilah satu serangan ke sekolah itu oleh paratrup dan polisi-polisi sekuriti, yang mengakibatkan matinya sejumlah rakyat.

Setelah mendengar kabar tentang pembantaian tersebut oleh Syah, Imam Khomeini berkata pada massa :

“Tenanglah. Anda adalah pengikut para imam yang menderita kezaliman yang besar. Kesewenang-wenangan semacam itu menjadi bumerang. Sangat banyak tokoh besar agama yang syahid untuk menegakkan Islam dan mengamanatkannya kepada Anda, Maka, terserah kepada Anda untuk memelihara warisan suci ini.”

Ucapan Imam itu berarti, bukan saja karena si pembicara itu sendiri terancam kematian, tetapi karena dalam keadaan yang demikian kritis itu ia menjanjikan kemenangan bagi umat dan kekalahan bagi Syah.

la juga mengatakan.

“Berteguh hatilah melawan tindakan tak sah dari rezim itu. Sekalipun pemerintah menempuh jalan kekerasan. jangan menyerah kepadanya, Biarlah menjadi pelajaran bagi mereka semua. Pemerintah lebih baik meninjau kembali kebijakannya dan menyerah kepada kehendak rakyat. Kami dalam jubah ulama, sedang berjuang untuk Islam. Tiada kekerasan, betapa besarnya, dapat membungkam kami.”

la ditahan berkaitan dengan peristiwa itu. Setelah ditahan beberapa lamanya, ia dibebaskan. Tetapi, jauh dari intimidasi, ia meningkatkan intensitas dan frekuensi serangan-serangan terhadap pemerintah itu. Dalam bulan Juni tahun itu, yang bertepatan dengari bulan Muharram, terjadi kampanye yang menyeluruh dalam negeri dalam hal penerangan untuk pembinaan pendapat umum, yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin agama di bawah pimpinan Imam Khomeini. Melalui deklarasi-deklarasi ini ia terus menyerang penyerahan Syah kepada kekuatan-kekuatan asing, terutama Amerika dan Israel, dan pelanggaran-pelanggarannya terhadap Islam dan Undang-undang Dasar Iran.

E. Kebangkitan 5 Juni 1963

Pada tanggal 5 juni 1963 terjadi kebangkitan besar di berbagai kota di Iran, yang ditumpas secara kejam oleh rezim itu. Dalam karir Syah, bukanlah pertama kali ia memberikan perintah kepada polisi sekuritinya dan kepada pasukan-pasukannya supaya menembak mati. Diperkirakan bahwa pada hari itu, dan pada peristiwa-peristiwa sehubungan dengan hari itu, setidak-tidaknya 15.000 rakyat terbunuh.

Imam Khomeini ditangkap lagi dan tidak lama kemudian ia diasingkan ke Bursa, Turki tanggal 4 November 1964. Cukup menarik bahwa, bertentangan dengan hukum yang berlaku di Turki, ia ditahan di satu rumah yang dijaga dengan ketat oleh anggota-anggota polisi sekuriti Iran. Perdana Menteri Turki pada massa itu ialah Sulayman Demirel, yang terkenal sebagai anggota freemason.

Bulan Oktober 1965 Imam Khomeini diperbolehkan meninggalk:an tempat pengasingan beliau di Bursa untuk dipindahkan ke lingkungan yang lebih sesuai di Najaf, salah satu Kota di Irak yang mempunyai tradisi sebagai pusat pengembagan pendidikan kalangan Syi’ah dan juga sebagai tempat perlindungan pemimpin-pemimpin agama dari Iran. Hal seperti yang disebutkan terakhir ini terjadi umpamanya dalam abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh Ketika sejumlah tokoh-tokoh pemimpin agama yang penting mendukung revolusi menuntut undang-lindang dasar atau gerakan boikot tembakau yangterjadi sebelumnya (di zaman Sayyed Jamaluddin Asada-badi). Mereka mengeluarkan pengarahan-pengarahan dari atabat yang relatif aman, yang terletak di luar Iran.

Namun, kepindahan itu sama sekali tidak berarti, bahwa Imam Khomeini telah mendapatk:an tempat yang benar-benar aman di lrak. Perlukah disebutkan dengan jelas dan tegas bahwa walaupun di pers Barat dikatakan selama bertahun-tahun, kehadiran Imam Khomeini di Irak sama sekali tidak merupakan sesuatu bentuk persekutuan, betapa kecil pun, antara Imam Khomeini dengan pemerintahan negara itu.

F. Mengarahkan Rakyat Iran dari Najaf

Dari Najaf Imam Khomeini meneruskan pengarahannya secara berkala dengan mengeluarkan deklarasi-dekalarasi tentang persoalan-persoalan Iran.

Pers Barat menyatakan bahwa Imam Khomeini muncul secara menonjol dalam masa Revolusi sebagai akibat dari salah satu kevakuman yaitu, kekosongan pemimpin, karena tidak ada alternatif lain yang cocok; tetapi penilaian ini terjadi karena ketidaktahuan akan perkembangan yang berangsur-angsur tentang peranan Imam Khomeini selama masa pengasingannya yang lebih dari empat belas tahun itu. Selama ia terasing di Najaf, sama sekali ia tidak tinggal diam. Sebaliknya ia mengeluarkan aneka ragam proklamasi tentang peristiwa-peristiwa dan urusan-urusan Iran, yang seluruhnya menembus masuk ke Iran, disebarluaskan dan berpengaruh besar dalam pembentukan pendapat umum rakyatlran.

Bulan April 1967, Imam Khomeini mengirimkan satu surat terbuka kepada PM. Iran pada waktu itu, Amir Abbas Hoveyda, di mana ia menentang Hoveyda dan Syah atas pelanggaran-pelanggaran meraka yang terus-menerus terhadap Islam dan Undang-undang Dasar Iran.

G. Seruan kepada Muslimin Sedunia

Deklarasi Imam Khomeini selama pengasingannya pada bulan Mei 1970, ketika konsorsium penanam-penanam modal Amerika berkumpul di Teheran m.embicarakan jalan untuk penetrasi dan eksploitasi yang lebih efektif terhadap ekonomi Iran. Dalam peristiwa itu salah satu pengikut Imam Khomeini, Ayatullah Saidi, menentang konferensi itu dan berseru kepada rakyat Iran untuk bangkit dan memprotesnya. la ditahan oleh polisi sekuriti Syah, dan dianiaya hingga mati, dan Imam Khomeini mengeluarkan seruan yang menyerukan kepada rakyat untuk memperbaharui perjuangan mereka melawan rezim Pahlevi.

Imam Khomeini menentang pengeluaran uang secara mubazir, kegila-gilaan, untuk merayakan yang dinamakan peringatan 2.500 tahun kerajaan itu, suatu pesta perayaan yang digagaskan dan direncanakan oleh orang-orang Israel tertentu yang menjadi penasehat rezim itu. Dipengasingan di Najaf, ketika mendengar tentang pesta para Perayaan Ulang Tahun ke 2.500 (1975). Imam mengatakan:

“Rezim itu mengira soya gembira hidup begini. Seya lebih suka mati don kembali kepada Allah daripada melihat penderitaan orang:-orang yang tertindas. Soya merasa wajib memprotes. Dikatakan berulang-ulang kepada kami untuk tidak mencampuri urusan negara. Kami dilarang berjuang melawan rezim itu. Tetapi sejarah umat manusia menyaksikan bahwa selalu para nabi dan tokoh-tokoh keagamaan yang bangkit melawan para penguasa otokrat. Kalangan ulama berjumlah lebih dari 150.000 orang, termasuk teolog-teolog kenamaan dan pewenang urusan keagamaan. Apabila mereka bersatu dan menyuarakan apa yang mereka ketahui tentang kezaliman rezim itu, tentulah mereka akan mencapaikemenangan.

Rakyat jelata yang kehilangan hak-haknya, kelaparan, sementara mereka rnenghambur-hamburkan delapan ratus juta rial untuk Teheran hanya untuk pesta-pesta kerajaan. Anda memperingati orang mati tetapi mengabaikan orang hidup. Rezim itu menjarahi harta rakyat dan memberikan hak kepada orang-orang asing untuk memanfaatkan sepenuhnya sumber-sumber kekayaan nasional kita.

Kemudian ia juga mengutuk peresmian sistem satu partai di Iran dengan mengatakan bahwa siapa saja yang turut serta dalam partai itu secara sukarela tanpa paksaan, maka adalah ia pengkhianat terhadap bangsa maupun terhadap Islam, dan terutama tentang peranan Israel.

Tahun 1971 Imam Khomeini menyerukan juga kepada dunia Islam umumnya, untuk solidaritas di kalangan kaum muslimin serta kerjasama di antara sesama muslimin untuk memecahkan masalah-masalah bersama umat Islam.

H. Memimpin Revolusi Islam

Sehubungan dengan peranan Imam Khomeini dalam Revolusi Islam itu sendiri, kepemimpinannya adalah langsung, dalam pengertian bahwa peristiwa-peristiwa permulaan Revolusi itu berhubungan langsung dengan pribadinya. Pers yang dikuasai Pemerintah, dalam bulan Januari 1978, menerbitkan satu artikel yang memfitnah Imam Khomeini dalam istilah-istilah yang keji dan kotor. Artikel itu langsung membangkitkan kemarahan rakyat di kota Qum. Sesudah kebangkitan permulaan di Qum, yang ditindas dengan korban jiwa yang bernt, serangkaian demonstrasi dan protes tersebar di seluruh Iran dalam tempo yang terus meningkat, sehingga bulan Desember 1978, ketika terjadi demonstrasi-demonstrasi besar bukan saja di Iran tetapi dalam sejarah modern pada umumnya, Syah terpaksa mengasingkan diri dan membuka jalan bagi kemenangan terakhir Revolusi itu.

Imam Khomeini meningkatkantempo deklarasi-deklarasinya ketika gerakan di Iran itu makin melaju. Dalam bulan Oktober 1978, Imam diusir dari lrak sebagai hasil persetujuan antara rezim Syah dan rezim Ba’ath. Menarik untuk diperhatikan bahwa Imam Khomeini mempertimbangkan sejumlah alternatif yang mungkin. la sebenarnya lebih suka tinggal di suatu negara Muslim, seperti telah dikatakannya secara terbuka, tetapi tidak ada satu negara Muslim yang memberikan kemungkinan kepada Imam mendapat kediaman yang aman dan sekaligus juga memberikan kesempatan bagi kegiatan-kegiatannya, strategi yang ini pun akhirnya membalik melawan dirinya sendiri. Karena dihadapkan kepada ketidakmungkinan untuk mendapat perlindungan di negara Muslim manapun sesudah lrak. Imam Khomeini pergi ke Paris, Prancis di mana ia jauh lebih mudah berhubungan deligan Amerika, Eropa dan Iran sendiri. la juga lebih mudah di hubungi pers dunia, yang tentu sedia untuk merefleksikan amanat dan aspirasi-aspirasi Imam Khomeini. Walaupun demikian, dari Paris komunis dengan Iran jauh lebih mudah daripada ketika di Najaf.

I. Puncak Revolusi

Ketika revolusi mencapai puncaknya menjelang 1979 (Muharam 1399). Kita melihat satu kefasihan dan kekuatan ekspresi sehingga orang akan mengatakan bahwa dari segi sastra semata-mata hanya sedikit yang menyamainya dalam ekspresi kesusastraan Iran modern. Imam Khomeini kembali dari pengasingan ke Iran pada tanggal 1 Pebruari 1979. Tanpasumber dukungan material tertentu, tanpa pembentukan partai politik, tanpa melakukan perang gerilya, tanpa dukungan sesuatu kekuatan asing mana pun, Imam Khomeini telah meneguhkan diri beliau sebagai pemimpin yang tidak diragukandari satu gerakan revolusi besar.

Dengan terbunuhnya putra tercinta Imam, Ayatullah Mustafa Khomeini, di tangan orang-orang Iran di Irak, fitnahan di surat kabar terhadap Imam Khomeini, pembunuhan murid-murid sekolah agama di Qum, kemudian di Tabris dan kota-kota lain dalam tahun 1978, serta pembantaian 8 September 1979, serta perluasan perjuangannya sehingga 11 Pebruari 1979 dengan korban cedera-cedera 60.000 orang dan mati syahid 100.000 orang. Revolusi Besar Islam di Iran menghancurkan rezim despot Syah, di bawah pimpinan Imam Khomeini, dan akhirnya tercapailah hasrat rakyat Iran yang telah lama diinginkan untuk memilki pemerintahan AI-Quran dan Islam

Kepergian Abadi

Minggu terakhir bulan Mei 1989, para dokterdi Rumah Sakit Teheran sibuk merawat dan mengobati Imam yang harus menjalani operasi karena pendarahan di lambung. Operasi berjalan dengan baik, rakyat Iran dan umat Islam di seluruh dunia berdo’a untuk kesembuhan dan kekuatan pemimpin mereka yanghidupnya penuh perjuangan dan ketauladanan itu. Para dokter pun telah berupaya untuk mempertahankan hidup imam. Namun rupanya Allah Yang Maha Kuasa menghendaki lain. Pada pagi hari Ahad, 29 Syawal 1409 (3 Juni 1989) bangsa Iran dan seluruh umat Islam di dunia tenggelam dalam kesedihan; Imam telah kembali dengan tenang ke Rahmatullah Swt. setelah hidup saleh penuh perjuangan. Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali. lna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Kronologi Kehidupan dan Perjuangan

1902: Ruhullah al-Musawi al-Khomeini ailahirkan di kota Khomeyn, pada tanggal 9 November (bertepatan dengan lahirnya putri Rasulullah Saww).

1903: Ayah Imam Khomeini meninggal di~unuh oleh agen-agen Syah Iran.

1914: Imam Khomeini pergi ke Qumuntukmendalami pelajaran Islam:

1926: Imam Khomeini menyelesaikanstudinyadi Qum.

1942: Kitab Kashf al-Asrar, karya imam Khomeini diterbitkan.

1949: Ayatullah al-Uzma Borujerdi memimpin,seminar besar tentang peranan politik kaum ulama ayatullahrgabung dengan kegiatan tersebut.

1960: Imam Khomeini menerbitkan karyanya Towzihol Masa’el (Penjelasan Berbagai Masalah), dan Khomeini diakui sebagai Ayatullah.

1962: Imam Khomeini mendapatkangelar Ayatullah al-Uzma.

1963: Imam Khomeini mendeklarasikan perang terbuka tehadap Syah, tetapi masih mengakuilembaga monarki. Pada tanggal 5 Juni, pecah “Pemberontakan Juni” yang dipimpin Imam Khomeini. Imam Khomeini ditahan di Teheran. Sejumlah demonstrasi besar menentang penahanan Imam Khomeini pecah di Teheran dan kota-kota lainnya. Massa meneriakkan yel-yel “Hidup Khomeini”.

1964: Imam Khomeini dibebaskan dari penjara tetapi tetap berada dalam status tahanan rumah. la diizinkan kembali ke Qum, tapi tetap melancarkan serangan-serangan tajam pada Syah. Imam Khomeini menjadi satu-satunya ulama yang menentang disahkannya Undang-Undang yang memberikan kekebalan pada para personil militer Amerika di Iran. Pada tanggal4 November tahun itu, Imam Khomeini ditahan lagi dan kemudian diusir dari Iran. Ian mengungsi ke Turki. Selama di Turki, Imam Khomeini sempat tinggal di kota-kota seperti Izmir, Ankara, Istambul dan Bursah.

1965: Imam Khomeini terlibat konflik dengan pemerintah Turki yang memaksanya untuk melepaskan segala atribut keagamaannya. la kemudian pergi dari Turki dan tinggal di kota suci Najaf (Irak).

1966: Bersamaan dengan berkobamya perang Arab-lsrael, Imam Khomeini mengadakan pertemuan dengan Ayatullah Muhammad Baqir al-Sadr (Pemimpin umat Syi’ah lrak). Kemudian keduanya sepakat mengenai perlunya persatuan Islam melawan berdirinya negara Yahudi.

1968: Imam Khomeini mulai mengajar di Najaf Irak.

1969-1971: Imam Khomeini mengulangi seruannya pada rakyat Iran untuk bangkit melawan Syah tapi kurang ditanggapi. la sangat menentang dirayakannya peringatan 25 abad Kerajaan Persia. Para pembantu Imam Khomeini di Teheran memperluas jaringan-jaringan organisasi dan menciptakan sel-sel rahasia di sejumlah kota. Secara tegas Imam Khomeini menyatakan, mazhab Syi’ah nienentang sistem monarki.

1972-1978: Semakin banyak mahasiswa yang tertarik pada kuliah-kuliah Imam Khomeini di Najaf. Para mahasiswa Iran penentang Syah di Eropa dan AS datang mengunjungi Imam Khomeini di Najaf. Imam Khomeini menerbitkan edisi pertama Vilayat-i Faqih. Versi polemisnya juga diterbitkan dengan judul Hokumat-i Islami dan merupakan karya yang secara tajam menyerang teori-teori Ayatullah al-Uzma Abol-Qosem Musavi Kho-i dari Najaf.

1977: Tanggal 23 Oktober, putra sulung Imam Khomeini, Ayatullah Sayyed Agha Mustafa Khomeini, dibunuh agen-agen SAVAK di Tehran.

1978: Bulan Januari, Surat kabar Ettelaat di Teheran menurunkan tulisan yang bernada fitnah terhadap Imam Khomeini. Kerusuhan segera meletus di Qum, Tabrizi, dan lusinan kota lain di Iran. Ratusan orang tewas akibat bentrokan antara para demonstran dan pihak keamanan. Pada buan September, Imam Khomeini menyerukan digulingkannya Syah Iran. Pada tanggal 4 Oktober, Imam Khomeini diusir dari Najaf. Semula Imam Khomeini hendak tinggal di Kuwait, tetapi karena rezim setempat tidak memberikan izin, ia pergi ke Prancis. Dari Paris, bulan November, Imam Khomeini menyatakan bahwa Republik Islam akan segera dibentuk di Iran.

1979: Bulan Januari, Imam Khomeini membentuk Dewan Revolusi Islam Iran dengan Syahid Murtadha Muthahhari sebagai ketuanya. Tanggal 1 Pebruari Imam Khomeini kembali ke Iran, hanya dua pekan sesudah Syah meninggalkan Iran. Jutaan orang Iran menyambut kepergian Syah dan kedatangan Imam Khomeini. Pemerintahan “tandingan” segera dibentuk, Imam Khomeini mengangkat Mehdi Bazargan sebagai PM. Pertama Republik Islam Iran. Tanggal 11 Pebruari Bersamaan dengan jatuhnya pemerintahan PM. Syahpoor Bakhtiar (bikinan Syah), Revolusi Islam Iran mencapai kemenangan yang gemilang. Imam Khomeini merestui pembentukan Partai Republik Islam. Sebuah referendum yang diadakan pada bulan April, secara resmi menyetujui berdirinya Republik Islam Iran. Mei, dibentuk Pasukan Pengawal Revolusi Islam (Pasdaran). Pada bulan ini juga, Muthahhari dibunuh oleh agen-agen komunis. Imam Khomeini segera menunjuk Ayatullah Taleqani sebagai Ketua Dewan Revolusi Islam, menggantikan Syahid Muthahhari. Tapi pada bulan September, Taleqani meninggal dunia, dan Imam Khomeini menunjuk Ayatullah Baheshti (Pendiri/Sekjend Partai Republik Islam) sebagai Ketua Dewan Revolusiyang baru. Tanggal 6 November Imam Menyetujui pengunduran dirrpemerintah Bazargan, setelah dua hari sebelumnya terjadi “Peristiwa Sandera.” Sejak itu, pemerintahan dikendalikan langsung oleh Imam Khomeini dah Dewan Revolusi.

1980: Januari, di depan Imam Khomeini, Bani Sadr disumpah sebagai Presiden pertama Republik Islam Iran. Pada bulan ini juga, majalah Time (edisi 7 Januari 1980) menampilkan Imam Khomeini sebagai “Man of The Year”. Untuk menghentikan dualisme kekuasaan, pada bulan Juli, Imam Khomeini membubarkan Dewan Revolusi Islam.

Tanggal 22 September, Irak menyerbu Iran. Oktober, Imam Khomeini menolak rencana nasionalisasi perdagangan luar negeri, rencana nasionalisasi perdagangan luar negeri.

1981: Bulan Maret, Imam Khomeini menyatakan Bani Sadr sebagai tidak mampu menjalankan tugas kepresidenan. AIi Raja’i kemudian ditunjuk sebagai Presiden kedua, pada buJanJuli. Namun, pada Agustus, Raja’i dan PM. Javad Bahonar tewas. Dalam pemilu Oktober, Sawed Ali Khamenei terpilih sebagai Presiden ketiga Republik Islam Iran dan Mir. Hussein Mussavi diangkat sebagai PM.

1982: Mei, putra Imam Khomeini, Hojjatul lslam Sawed Ahmad Khomeini, mengatakan bahwa ayahnya telah memilih Ayatullah Montazeri sebagai calon pengganti Imam Khomeini. Desember, Imam Khomeini mengeluarkan “Dekrit 8 pasal” yang mengakui hak-hak individu dalam sistem Republik Islam.

1983: Juli, Imam Khomeini menyerahkan Wasiat Politiknya yang pertama pada Dewan Ahli.

1984: Bulan Agustus, untuk kedua kalinya Imam Khomeini menolak rencana nasionalisi perdagangan luar negeri. November, Dewan Ahli memutuskan Montazeri sebagai calon pengganti Imam Khomeini.

1987: Imam Khomeini membubarkan Partai Republik Islam pada bulan Juli. Desember, Imam Khomieini memperbaharui Wasiat Politiknya.

1988: Juli, Imam Khomeini setuju menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 598 tentang gencatan senjata Iran-lrak.

1989: Bulan Pebruari, Imam Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman mati atas diri Salman Rusdie. penulis novel Ayat-Ayat Setan yang menghina agama Islam. Pada tanggal 3 Juni, Imam Khomeini menghadap Allah Swt. dengan tenang setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.

Sumber:
www.studisyiah.com

  • Print

    Send to a friend

    Comment (0)